Macam-Macam Klien dalam Asuhan Kebidanan
Sesuai
dengan wewenang dan ruang lingkup pelayanan kebidanan, maka bidang konseling
kebidanan meliputi:
- komunikasi pada bayi & balita.
- komunikasi remaja.
- komunikasi pada calon orang tua.
- komunikasi pada ibu hamil.
- komunikasi pada ibu bersalin.
- komunikasi pada ibu nifas.
- komunikasi pada ibu menyusui.
- komunikasi pada akseptor KB.
- komunikasi pada masa klimakterium & menopause.
- komunikasi pada wanita dengan gangguan reproduksi.
1. Komunikasi pada bayi & balita
Komunikasi pada bayi dimulai sejak kelahiran
sejak bayi mulai menangis sampai lancar berbicara. Fase pertumbuhan dan
perkembangan komunikasi bayi meliputi : (1) fase prelinguistic; (2) kata
pertama; (3) kalimat pertama; (4) kemampuan bicara egosentris dan memasyarakat;
(5) perkembangan semantic Fase Prelinguistic Suara pertama kali yang dikeluarkan bayi baru
lahir adalah tangisan. Hal tersebut sebagai reaksi perubahan tekanan udara dan
suhu luar uterin. Bayi menangis dikarenakan lapar, tidak nyaman oleh karena
basah, kesakitan atau minta perhatian. Bunyi refleksi (reflek vocal) juga
termasuk dalam fase prelinguistic, yang meliputi : (a) Babling (meraban), fase
ini dimulai ketika bayi tahu suaranya, senang mendengar suaranya dan kemudian
diulang seperti berbicara sendiri. (b) Echolalia, mengulang gema suara dari
suara yang diucapkan orang lain. Kata Pertama Bayi merespon terhadap kata-kata familier.
Fase ini dimulai usia 4-5 bulan. Kalimat Pertama Periode ini dikenal sebagai permulaan
berbicara komplit. Usia 2 tahun sudah mulai menyusun kata-kata. Kemampuan Bicara Egosentris dan Memasyarakat
Kemampuan berbicara egosentris meliputi : (a) Repetitif (pengulangan); (b) Monolog (berbicara satu arah); (c) Monolog kolektif. Menurut Lev Vygotsky, bicara egosentris merupakan petunjuk dan bantuan bagi anak dalam menyelesaikan masalahnya sendiri. Perkembangan Semantik
Semantik adalah pengetahuan yang mempelajari arti kata pada bahasa yang diajarkan. Fase ini mulai memahami arti konkrit dan jenis kata konkrit dan mulai mengetahui arti kata abstrak. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa adala : (1) intelegensi (kecerdasan); (2) jenis kelamin; (3) bilingual (dua bahasa); (4) status tunggal atau kembar; (5) rangsangan/ dorongan orang tua.
Kemampuan berbicara egosentris meliputi : (a) Repetitif (pengulangan); (b) Monolog (berbicara satu arah); (c) Monolog kolektif. Menurut Lev Vygotsky, bicara egosentris merupakan petunjuk dan bantuan bagi anak dalam menyelesaikan masalahnya sendiri. Perkembangan Semantik
Semantik adalah pengetahuan yang mempelajari arti kata pada bahasa yang diajarkan. Fase ini mulai memahami arti konkrit dan jenis kata konkrit dan mulai mengetahui arti kata abstrak. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa adala : (1) intelegensi (kecerdasan); (2) jenis kelamin; (3) bilingual (dua bahasa); (4) status tunggal atau kembar; (5) rangsangan/ dorongan orang tua.
Proses komunikasi mengikuti perkembangan
psikologis anak. Dalam hal ini, kontak kasih sayang orang tua dan anak, dapat
memperkuat kepribadian anak. Bidan dapat memberikan dorongan, bantuan kepada ibu
serta pihak lain dalam memberi dukungan rangsangan aktif dalam bahasa dan
emosi.
Adapun cara memberikan dukungan rangsangan
aktif adalah : (1) memperbaiki model orang tuanya; (2) mendorong kemampuan
komunikasi verbal dan non verbal; (3) memberikan anak pengalaman untuk
berbicara; (4) mendorong anak untuk mendengar; (5) menggunakan kata yang pasti
dan benar.
Prinsip komunikasi efektif pada anak meliputi
: (1) kesabaran mendengar; (2) role playing, bermain peran sebagai guru,
ayah-ibu dan sebagainnya yang dapat mengekspresikan kemampuan anak dalam hal
pikiran, emosi, perasaan dan keinginan mereka secara bebas.
2.
Komunikasi
Remaja
Tujuan komunikasi pada remaja adalah
memberikan pemahaman dan upaya penyesuaian diri terhadap perubahan fisik dan
emosi yang terjadi.
Bidan perlu menjalin hubungan komunikasi terbuka, mengungkapkan hal-hal yang belum diketahui oleh remaja. Permasalahan yang dapat diselesaikan dalam bentuk komunikasi terapeutik pada remaja misalnya; perubahan fisik/ biologis sesuai usia, perubahan emosi dan perilaku remaja, kehamilan pada remaja, narkotika, kenakalan remaja dan hambatan dalam belajar.
Bidan perlu menjalin hubungan komunikasi terbuka, mengungkapkan hal-hal yang belum diketahui oleh remaja. Permasalahan yang dapat diselesaikan dalam bentuk komunikasi terapeutik pada remaja misalnya; perubahan fisik/ biologis sesuai usia, perubahan emosi dan perilaku remaja, kehamilan pada remaja, narkotika, kenakalan remaja dan hambatan dalam belajar.
Adapun komunikasi yang efektif pada remaja,
seorang bidan harus memperhatikan : (1) kenyamanan remaja dalam menerima
informasi; (2) cara pandang remaja dalam mensikapi pesan yang disampaikan; (3)
memfokuskan persoalan yang akan disampaikan; (4) menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti; (5) menjalin sikap terbuka dan menumbuhkan kepercayaan; (6)
menjalin keakraban dengan remaja.
3.
Komunikasi
Pada Calon Ibu
Komunikasi terapeutik pada calon ibu perlu
memperhatikan dan mempelajari kondisi psikologis wanita. Bidan dapat melakukan
komunikasi teraupetik pada calon ibu dengan menitikberatkan pada : (a)
memberikan penjelasan tentang fisiologis menstruasi; (b) memberikan bimbingan
tentang perawatan diri sehubungan dengan peristiwa menstruasi; (c) memberi
bimbingan pra perkawinan; (d) pendidikan kesehatan calon ibu; (e) memberikan
pemahaman dan upaya penyesuaian diri terhadap perubahan fisik dan emosi serta
peran yang terjadi.
4.
Komunikasi
Pada Ibu Hamil
Kehamilan memberikan perubahan baik secara
fisiologis maupun psikologis bagi ibu hamil. Perubahan-perubahan yang bersifat
fisiologis misalnya; pusing, mual, tidak nafsu makan, BB bertambah dan
sebagainya. Sedangkan perubahan psikologis yang menyertai ibu hamil
diantaranya; ibu menjadi mudah tersinggung, bangga dan bergairah dengan
kehamilannya dan sebagainya.
Adapun pelaksanaan komunikasi bagi ibu hamil,
bidan diharapkan : (a) mampu melaksanakan asuhan dan tindakan pemeriksaan,
pendidikan kesehatan dan segala bentuk pelayanan kebidanan ibu hamil; (b)
dengan adanya komunikasi terapeutik diharapkan dapat meredam permasalahan
psikososial yang berdampak negatif bagi kehamilan; (c) membantu ibu sejak pra
konsepsi untuk mengorganisasikan perasaannya, pikirannya untuk menerima dan
memelihara kehamilannya.
5.
Komunikasi
Pada Ibu Bersalin
Proses persalinan merupakan hal yang
fisiologis yang dialami oleh setiap wanita dan setiap individu berbeda-beda.
Perubahan fisiologis pada ibu bersalin diantaranya: terjadi kontraksi uterus,
otot-otot pangggul dan jalan lahir mengalami pemekaran, dsb. Sedangkan
perubahan psikologis yang sering terjadi pada ibu bersalin adalah rasa cemas
pada kondisi bayinya saat lahir, kesakitan saat kontraksi dan nyeri, ketakutan
saat melihat darah, dsb.
Pelaksaanaan komunikasi pada saat ini, tidak
hanya ditujukan pada ibu yang akan melahirkan, tetapi juga pada pemdamping ibu.
Dalam hal ini, dapat suami ataupun keluarga yang laiinya. Komunikasi ini
ditujukan untuk memberikan dukungan/ motivasi moral baik untuk ibu maupun
keluarga. Komunikasi ibu bersalin difokuskan pada teknik saat bersalin dengan
menerapkan asuhan sayang ibu, penyampaian pesan diberikan secara jelas dan
memberikan rasa nyaman.
6.
Komunikasi
Pada Ibu Nifas
Ibu setelah melahirkan akan mengalami fase
ini yaitu fase ibu nifas. Ibu nifas juga mengalami perubahan-perubahan yang
bersifat fisiologis maupun psikologis. Oleh karena itu, diperlukan juga
komunikasi pada saat nifas. Perubahan fisiologis pada ibu nifas meliputi:
proses pengembalian fungsi rahim, keluarnya lochea, dsb. Sedangkan perubahan
psikologis meliputi: perasaan bangga setelah melewati proses persalinan,
bahagia bayi telah lahir sesuai dengan harapan, kondisi-kondisi yang membuat
ibu sedih saat nifas (keadaan bayi tidak sesuai harapan, perceraian, dsb).
Pelaksanaan komunikasi yang dilakukan bidan
pada ibu nifas harus memperhatikan kestabilan emosi ibu, arah pembicaraan
terfokus pada penerimaan kelahiran bayi, penyampaian informasi jelas dan mudah
dimengerti oleh ibu dan keluarga, dsb.
7.
Komunikasi
Pada Ibu Menyusui
Perubahan fisiologis yang dialami pada ibu
menyusui diantaranya: pembesaran kelenjar susu oleh karena hormon, pengeluaran
ASI. Perubahan psikologis ibu menyusui meliputi: kecemasan ibu dalam ketidaksanggupan
dalam perawatan bayi, pemberian ASI tidak maksimal, ketakutan dalam hal body
image, cemas akan kondosi bayinya. Komunikasi bidan pada saat menyusui sangat
diperlukan ibu untuk pemberian motivasi dengan peranan ibu dalam kesuksesan
pemberian dan perawatan bayinya.
8.
Komunikasi
Pada Klien KB
Tidak semua akseptor KB mengalami kenyamanan
dalam menggunakan alat kontrasepsi. Ada juga yang mengalami perubahan baik
secara fisiologis maupun psikologis setelah penggunaan alat kontrasepsi.
Perubahan fisiologis yang sering terjadi adalah akibat dari efek samping
penggunaan alat kontrasepsi tersebut. Misalnya pusing, BB bertambah, timbul
flek-flek di wajah, gangguan menstruasi, keputihan, gangguan libido, dll.
Adapun perubahan psikologis yang dialami adalah kecemasan atau ketakutan akan
keluhan-keluhan yang terjadi, kegagalan dalam pemakaian alat kontrasepsi.
Pelaksanaan komunikasi bagi akseptor KB yaitu
terfokus pada KIE efek samping kontrasepsi dan cara mengatasinya, cara kerja
dan penggunaan alat kontrasepsi.
9.
Komunikasi
Pada Wanita Menopause dan Klimakterium
Pada fase ini wanita juga mengalami perubahan
fisiologis dan perubahan psikologis. Perubahan fisiologis yang dapat terjadi
misalnya hot flash, keringat dingin, haid tidak teratur, dispareuni, jantung berdebar-debar,
dll. Adapun perubahan yang bersifat psikologis adalah kecemasan terhadap
keluhan-keluhan yang dialami.
Pelaksanaan komunikasi pada wanita menopause
dan klimakterium ini adalah (a) pemberian penjelasan tentang pengertian, tanda
menopause; (b) deteksi dini terhadap gangguan yang terjadi pada masa ini; (c)
pemberian informasi tentang pelayanan kesehatan yang dapat dikunjungi; (d)
membantu klien dalam pengambilan keputusan; (e) pemakaian alat bantu dalam
emberian KIE; (f) melakukan komunikasi dengan pendekatan biologis, psikologis
dan sosial budaya.
Prinsip komunikasi pada masa menopause adalah
(1) fungsi kognitif terdiri dari: kemampuan belajar (learning), kemampuan
pemahaman (comprehension), kinerja (performance), pemecahan masalah (problem
solving), daya ingat (memory), motivasi, pengambilan keputusan, kebijaksanaan.
(2) fungsi afektif, fenomena kejiwaan yang dihayati secara subyektif sebagai
sesuatu yang menimbulkan kesenangan atau kesedihan. (3) fungsi konatif
(psikomotor), fungsi psikis yang melaksanakan tindakan dari apa yang diolah
melalui proses berpikir dan perasaan ataupun keduanya.
10.Komunikasi Pada Wanita dengan Gangguan Sistem
Reproduksi
Wanita dengan gangguan sistem reproduksi akan
mengalami gangguan atau perubahan yang bersifat fisiologis maupun psikologis.
Perubahan fisiologis yang terjadi seperti keputihan, gangguan haid, penyakit
menular seksual, dll. Sedangkan perubahan yang bersifat psikologis diantaranya
ibu cemas, takut akan masalah-masalah yang terjadi dan ketidaksiapan dalam menerima
kenyataan.
Pelaksanaan komunikasi pada wanita dengan
gangguan sistem reproduksi adalah penjelasan kemungkinan penyebab gangguan yang
dialaminya, deteksi dini terhadap kelainan sehubungan dengan gangguan
reproduksi, pemberian informasi tentang layanan kesehatan, membantu dalam
pengambilan keputusan dan pemberian support mental.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar